Vina tersenyum menatap cermin dan mengingat...
“Assalamu’alaikum Matahari pagi yang begitu cerah.. Ya! Aku pun tak kalah dengan Matahari itu. Hei Vina yang ceria selalu.. (bercermin dan menatap wajah yang berusaha tersenyum) pagi ini dirimu akan banyak dapat kebahagiaan (mata pun menyipit karena senyum semakin lebar). Dirimu kan tersenyum sepanjang hari taburkan bunga-bunga kebahagiaan untuk semuanya.. Ingat Vina kalau kamu menangis hari ini karena hal tidak penting kamu kalah dari bayanganmu sendiri bahkan dari semut kecil! Dunia ini kan berubah karenamu! Akhwat tak boleh lemah hadapi hidup ini! Semangatmu yang tak pernah padam membuat sekelilingmu ikut senang. Yeah!!” kata Vina yang setiap pagi selalu menyemangati dirinya didepan cermin. “Ya Vina!! Aku rasa penyemangat ini cukup untuk energiku hari ini” gumam Vina dalam hati. “Vina cepat berangkat, jangan bercermin terus!” kata ibu. “Oh iya! Aku lupa, bu aku pergi ke sekolah ya.. Assalamu’alaikum warrohmatullahi” pamit Vina.
Vina mempercepat langkahnya “Duk.. duk.. duk.. duk.” “Ah tidak.. aku sudah kesiangan..” sentak Vina yang khawatir akan dihukum pak guru. Waktu menunjukkan pukul 7.05 padahal jam sekolah mulai pukul 7.00. Vina sampai di ruangan, “Pa maaf saya terlambat.” kata Vina. “Ah Vina... bisa tidak kamu disiplin?! Bagaimana nasib bangsa ini bila banyak orang sepertimu? Terlambat saja pekerjaanmu. Tahu tidak 5 menit itu sangat berharga! Bayangkan bila 5 menit itu adalah lamanya terjadi gempa, 5 menit saja bisa melenyapkan banyak orang. INGAT WAKTU SANGAT BERHARGA.” kata pak guru dengan wajah mengkerut dan penuh semangat. Vina tertegun mendengar ucapan pa guru. “Aduh bapa ini.. aku sedang berusaha semangat tapi bapa baru saja membuatku jadi kesal!” gumam Vina dalam hati dengan agak kesal.
“Vina cepat duduk jangan diam disitu saja!” kata pak guru dengan tegas. Vina segera duduk di bangku belakang. “Anak-anak, kalian tahu negara kita Indonesia sepertinya tahun ini akan benar-benar hancur ya.. siap-siap saja sebentar lagi kita akan rodi atau romusha lagi.” kata pak guru dengan tawa sinis. “Apa!! Pak guru aneh! Masak negara kita hancur beliau tertawa, aku tak habis pikir, apa ucapannya akan terjadi?!” gumam Vina penuh tanya dalam hati..
“Hei kamu tahu tidak katanya kota kita akan .......” teman seberang bangkunya berbisik dan semakin pelan. “Aduh mengapa mereka berbisik makin pelan sepertinya yang mereka bicarakan penting.” gumam Vina dalam hati. “Ya Allah ada apa dengan semua ini aku tidak mengerti, apa ini buruk?!” gumam Vina. ”Dan Allah juga berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)” kata pak guru meneruskan pelajaran dan berjalan menyusuri setiap bangku. “Ilmu.. ilmu.. dan ilmu.. Huuf aku bosan mengapa Indonesia sistem pendidikannya seperti ini aku sedih melihat banyak teman-teman yang memaksakan diri mempelajari mata pelajaran yang tidak mereka suka. Kalau kuliah kan mungkin bisa memilih mata kuliah yang diinginkan tapi sekolah menengah dan sekolah dasar ya begini.. Andai saja aku bisa mengubahnya jadi lebih baik dan efektif.” Kata Vina penuh harap dalam hati. “Vina.. Vin!” panggil Dila sambil berbisik. “Kamu jangan melamun nanti dimarahi pak guru, ada apa Vin?” tanya Dila penuh keheranan. “Hehe.. ah aku tidak apa-apa aku hanya berpikir saja Dil.” jawab Vina dengan senyum. “Ayo berpikir apa? Jangan-jangan kamu mau melakukan hal aneh ya?” tanya Dila dengan nada canda. “Ah kamu.. Aku hanya memikirkan perkataan pak guru saja.” jawab Vina penuh senyum.
2 tahun kemudian Vina lulus dari SMA ia masih bingung menentukan perguruan tinggi mana yang akan ia pilih. “Vina...! Assalamu’aikum ukhti.. bagaimana kabarmu? Hei sekarang kamu ingin kuliah dimana? Diluar kota? Atau ke Amerika mengikuti saudara-saudaramu?” tanya Dila dengan bersemangat. “Wa’alaikumsalam. Alhamdulillah aku sehat. Aku masih bingung yang pasti aku tidak akan ke Amerika. Aku mungkin terlalu cinta Indonesia hahaha..” jawab Vina sambil menepuk pundak Dila. “Ah Vina kamu ini tidak berubah ya tetap saja jatuh cinta pada Indonesia” kata Dila sambil menggodanya. “Kamu tidak tahu ya? Indonesia punya orang-orang hebat, kamu tahu tidak 3 dewi muri? Mereka sudah menjadi juara dunia dalam bidang musik, lalu grup Acapella “Pantyboyz” dari Indonesia juga menjadi juara dunia dalam lomba Acapella di Rumania, belum lagi para ilmuwan muda dunia 10 orang diantaranya adalah orang Indonesia. Bagaimana aku tidak bangga pada negaraku sendiri?! Ternyata Indonesia hebat!!! Yeah! Indonesia Cerdas!” jawab Vina sangat bersemangat.
“Vina.. Vina... wah aku kagum kamu tahu banyak tentang Indonesia. Sayangnya apa kamu tahu kelemahan bangsa kita?” tanya Dila agak murung. “KKN merajalela, ketidakadilan menyebar luas, kejujuran tidak dianggap, banyak kemiskinan dan kriminalitas.” Jawab Vina dengan lugas. “Tuh kan Indonesia banyak negatifnya juga, kamu jangan terlalu cinta Indonesia yang sekarang!” kata Dila agak menyentak. “Ah aku juga tahu! Dila.. aku pergi dulu ya Assalamu’alaikum.” kata Vina. “Vina jangan marah ya.. Wa’alaikumsalam.” jawab Dila dengan agak merasa bersalah. Vina mengangkat jempol kanan tangannya dan pergi semakin jauh “Sip.” kata Vina.
Vina melihat brosur macam-macam perguruan tinggi “Universitas ini bagus tapi.. Yang ini juga bagus tapi jauh.. Ahhh aku bingung!!” jawab Vina kesal. Lalu ia menyalakan komputer dan membuka internet. Tiba-tiba terlihat artikel di kolom kecil sebelah kanan halaman “Papua menggelar MTQ bersama-sama dan sejarah Islam di Papua”. Vina mengklik artikel tersebut. “Klik..” “Sedikit orang tahu bahwa bumi Papua kental kaitannya dengan Islam. Dalam catatan sejarah, Islam lebih awal masuk sebelum datangnya Kristen. Tak banyak yang tahu, orang Irian telah memeluk Islam sejak ratusan tahun silam. Namun, sejak masuknya Belanda ke Irian (1824), perkembangan Islam menjadi terhambat. Ketika itu, umat Islam mendapat tekanan dari pemerintah Belanda. Akibatnya, tak sedikit Muslim di kampung-kampung kembali murtad. Imej atau sudut pandang kebanyakan orang dalam memandang masyarakat Irian cenderung salah kaprah. Dikiranya, Islam tak pernah tersentuh, bahkan ada di bumi Irian. Padahal sebelum agama Kristen masuk, Islam sudah lama ada,” kata Bupati Fakfak H Wahidin Puarada, kemarin.”
“Wah! Bagus artikel ini! Aku kagum sekali.” kata Vina. Vina tiba-tiba berlari menuju kamar ibu. “Buk.. buk... buk.. buk.. buk..” “Aduh Vina ada apa lari-lari?” tanya ibu agak kaget. “Bu, boleh ya aku kuliahnya di Papua saja?” tanya Vina. “APA!!! Aduh Vina kamu ini habis nonton apa? Tiba-tiba mau kuliah di Papua. Di Bandung juga ada perguruan tinggi, Papua jauh nak.” kata ibu agak menyentak. “Ibu aku tertarik dengan Papua aku ingin tahu Islam disana bagaimana, di Bandung kan ilmu agamanya sudah menyebar cukup luas, kalau di Papua belum merata. Boleh ya bu?” kata Vina dengan memohon. “Vina disana kamu mau tinggal dimana? Memangnya kamu sudah tahu seluk-beluk Papua?!” kata ibu. “Ayolah bu kumohon..” kata Vina. “Begini saja perdalam dulu ilmu agamamu di Bandung baru kamu boleh keluar Jawa, ibu khawatir nak.” kata ibu. “Yah bu itu kan bisa sambil disana.” kata Vina.
“Tidak! Vina cerdaskan ilmumu disini baru kesana nanti kesana kamu mau bawa apa? Ilmu agama yang salah? Ayo hafalan quranmu sudah bagus? Ilmumu sudah luas Vin? Nak ibu tahu kamu dari kecil memang kagum pada Nabi Muhammad SAW dan ingin seperti beliau tapi kamu masih jauh dari ilmu tentang Islam.” kata ibu berusaha menjelaskan. “Baiklah aku akan terus menuntut ilmu agama supaya bisa menyebarkan agama seperti Rasul kita. Tapi bu.. aku bisa kok!!” kata Vina sangat bersemangat.
“Aku agak khawatir tapi tunggu.. ia dulu pernah melakukan hal yang tak diduga...” kata ibu. Masuk ke dalam pikiran, saraf sensorik ke otak, saraf motorik bekerja.. sel otak bekerja.. wooohhhss.... sshh.. “Ibu, lihat aku bisa membuat bel sendiri, tadi belnya tidak jalan ya..” kata Vina kecil. “Vina hebat ya.” ibu berkata. Ketika SD, “Wah bagaimana ini aku harus mengisi ceramah tapi nenek sedang sakit aku harus menjaganya.” kata ibu cemas. “Ibu ada apa?” kata Vina. “Ini ibu harus mengisi ceramah tapi ibu juga harus menjaga nenek.. ibu bingung siapa yang harus menggantikan ibu.” Kata ibu cemas. “Aku saja bu! Aku bisa kok! Mana materinya? Aku harus menyampaikan apa?” tanya Vina dengan semangat. “Vinaaa.. baiknya kamu.. tapi kamu masih terlalu kecil untuk itu.. kamu masih 6 tahun..” jawab ibu dengan heran.
“Ibu.. ayo percaya sama Vina.. Bu, Vina tahu kok tentang sekurang-kurangnya ada delapan profil yang harus lekat pada pribadi muslim yaitu kesatu, Salimul Aqidah bahwa dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam' Quran Surat Al An’am ayat 162; kedua, Shahihul Ibadah bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan; ketiga Matinul Khuluq; keempat Qowiyyul Jismi; kelima Mutsaqqoful Fikri yaitu intelek dalam berpikir; lalu..” kata Vina. “Iaia Vina.. baiklah ibu percaya.. kamu tahu darimana semua itu? Ibu belum memberitahumu tentang itu.” kata ibu sangat heran. “Aku baca buku punya ibu yang ada dibawah tempat tidur.” kata Vina. “Vina!! Terimakasih ya.. ibu sudah lama mencari buku itu.” jawab ibu. Lalu ibu menyerahkan buku berisi materi ceramah pada Vina meski ragu.
Keesokan harinya, “Bu, Vina hebat ya, dia bisa membawakan materi yang cukup berat, saya saja belum tentu bisa.” kata Bu Ima tetangga rumah. “Wah benar bu? Saya tidak menyangka anak sekecil itu bisa berdakwah.” jawab ibu. Wooshhh... sssshh.. sel otak bekerja. ZRRTTT... “Ahhh.... apa yang aku pikirkan.” gumam ibu dengan tubuh kaget dan sadar. “Apa Vina memang sangat mengidolakan Rasul sehingga ketika kecil saja ia sudah tahu seluk-beluk tentang Islam?!” gumam ibu agak terdiam.
Vina didalam kamarnya menatap langit-langit “Aku hanya seorang akhwat yang ingin memperjuangkan pendidikan Islam melawan peradaban modern yang begitu ganas tapi ibu tidak langsung percaya ya... padahal dari kecil aku sudah mempelajari tentang Rasullulah SAW, aku sangat kagum pada beliau, begitu semangat dan tak kenal lelah memperjuangkan Islam. Vina juga harus berjuang seperti Rasul.” kata Vina dengan sangat bersemangat. Mentari menyinari kamar Vina dari jendelanya yang besar menghadap langit yang kuning cerah.. “Pagi ini aku akan pergi untuk mentoring bersama teman-temanku, ehhh.. sebentar selama ini yang mencari ilmu agama hanya yang mau saja pernahkah terpikir teman-teman lain yang jauh dari kegiatan ini mungkin memang tidak tahu ini apa karena kegiatan yang super bagus ini seolah disembunyikan oleh peradaban modern tidak.. tidak .. tak boleh dibiarkan terus.. aku harus melakukan sesuatu.” gumam Vina sambil berpikir. “Aha.. aku tahu!!” jawab Vina mempunyai ide bagus.
“Aku undang ah semua teman-temanku kerumah besok” kata Vina. “Hallooo.. Alisa.. besok datang ya kerumahku.. Minggu jam 10 pagi ya.. ajak teman-teman lain..” kata Vina menelepon temannya. “Haloo.. Ohh haiii... Vina tumben meneleponku.. ada acara apa ni? Biasanya kamu kan main dengan mereka terus, mau ngapain juga kan ngajak kita-kita.. kalo acara dirumahmu kayak pengajian gitu kita tidak mau datang ya.. kita lebih milih nonton film di bioskop lalu ke salon, dan jalan-jalan di mall.“ jawab Alisa ketus. “Tenang saja Alisa ini acara yang pasti kalian suka.. Keren dan gaul pokoknya.. makanya datang supaya tidak menyesal.. acaranya memang khusus perempuan sih tapi justu jadi semakin rame.” kata Vina dengan sangat bersemangat. “Ya sudah Vin, aku ajak mereka dulu ya..” kata Alisa. “Ya Alisa aku tunggu besok ya..” kata Vina.
“Ya Allah semoga ideku ini berhasil ya.. aku akan coba berjuang untuk Islam agar Islam tidak hanya nama seperti identitas di KTP atau kartu pelajar saja tapi memang jadi sanubari di hati. Bismillaahirrohmaannirrohiim. Yeah akan kusiapkan semuanya!!” kata Vina. Pukul 6 pagi Vina sudah menyiapkan ruangan yang dihias dengan kertas krep warna-warni dan kertas hasil daur ulang, juga musik nasyid yang telah ia aransemen jadi berirama agak pop dan begitu membuat semangat. “Ting nong...” bel rumah Vina berbunyi. Vina bergegas membuka pintu. “Kreeekkk....” “Wah kalian aku senang kalian datang.. ayo cepat masuk..” kata Vina dengan sangat ceria. Alisa datang dengan dandanan yang memang sedang banyak dipakai banyak orang mereka memang belum menjaga hijab.. begitupun teman-temannya yang lain datang dengan gaya yang sama. “Hmm..hm.. hm.. ya!! Mereka datang.. semoga hati mereka tersentuh dengan ideku ini.” gumam Vina dalam hati agak cemas.
“Ya.. Silahkan masuk semuanya..” kata Vina mempersilahkan. Ketika masuk mereka tampak terdiam.. “Viinaaa.... ini apa? Indah sekali.. Keren.. Aku baru lihat pesta sebagus ini. Tidak mewah tapi sungguh mata ini tak bisa berhenti menatapnya...” kata Alisa dengan tercengang. “Terimakasih Alisa.. ini hiasan yang aku tiru dari ukiran mesjid di Mesir.” kata Vina. “Vina aku memang suka dengan hiasan yang bagus tapi belum pernah seindah ini.. kamu hebat Vina..” kata Alisa dengan penuh kekaguman. “Lalala.. la.. laala.. la... syaaa.. haaa.. ha.” Lita bersenandung.
“Vina, musik apa ini aku baru pernah mendengar musik sebagus ini.. masuk kedalam hati.. kata-katanya seperti bahasa asing aku tak mengerti tapi liriknya menyentuh.”kata Lita. “Itu musik dari Arab dan Turki yang aku arransemen yang baik-baiknya, tapi itu hanya sedikit dan yang kau bilang kata-kata asing itu murattal Al-Quran dan juga doa-doa serta tafsirnya dalam bahasa Inggris. Pembaca Qurannya seorang yang sangat cinta pada Nabi Muhammad SAW dan Allah.” kata Vina. “Vina apa lagi yang kamu buat.. ini semua membuat kami luluh..” kata Alisa. “Teman-teman ayo kita nonton film aku yakin kalian pasti suka film ini” kata Vina. “Vina.. film ini begitu mengharukan.. hiks.. huu.. hiks..” kata Lita sambil menangis. “Keren ya tokoh itu sayangnya tampangya tidak ditampakkan, hanya sinar saja.. siapa dia? Mengapa begitu hebat dan membuatku jatuh hati.” Alisa berkata sambil terisak-isak. “Ini film Arab yang pernah aku tonton, sebelumnya aku hanya menonton film yang tidak karuan. Aku ingin tahu ini film apa? Mengapa tidak begitu jelas tokoh-tokohnya tapi dalam filmnya banyak tulisan Al-Quran.. Mengapa filmnya tadi tidak ada judulnya? Filmnya membuat terharu dan aku jadi sesak.” kata Seli.
Diakhir tampilan layar “Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)” Setelah film selesai teman-teman Vina menangis, mereka begitu takut akan kematian dan hari kiamat, Vina membuat film yang merupakan isinya adalah kisah-kisah dari Al-Quran ia tampilkan semuanya dalam tampilan yang sungguh menarik. “Vina pestanya keren.. hebat..” kata Alisa. “Alisa, sebenarnya ini bukan pesta tapi perjalanan yang menyenangkan.. ya kubilang juga kalian pasti suka..” kata Vina dengan bersemangat. Pukul 3 sore setelah mereka semua shalat Asar teman-teman Vina pulang. “Dadah Vina.. kapan-kapan main lagi ya.. terimakasih semuanya. ” kata Seli.
Pagi harinya teman-teman Vina datang ke rumah Vina, “Vina... ayo kita berangkat kuliah bersama-sama..” kata Alisa didepan rumah Vina. “Ya sebentar..” Vina berteriak dari dalam kamar. “Dukdudukduk...dukduk...” Vina berlari menuruni tangga. “Subhanallah... kalian..” Vina tercengang. “Alhamdulillah ya Vina.. kami jadi tahu salah satu cara menghijab diri.. ini berkatmu.” Kata Alisa. “Ini hidayah dari Allah yang memang kalian cari.. jangan bilang ini karenaku ini karena Allah yang mungkin melalui aku dan kalian memang mencari hidayah ini..” kata Vina sangat gembira. “Aku juga sebelumnya menunggu hidayah datang untuk memakai ini, dan sekarang sudah mendapatkannya.” kata Lita. “Hei.. ssttt.. HIDAYAH BUKAN DITUNGGU TAPI DICARI... habis banyak yang hanya menggunakan alasan belum dapat hidayah untuk menutup aurat..” Kata Vina agak berbisik. “Hahaha..” semuanya tertawa. “Ayo kita berangkat!” kata Seli.
“Teman-teman terimakasih ya sudah mau berangkat bersamaku, mungkin ini pertama dan terakhir kalinya aku berangkat dengan kalian.. aku sangat senang kalian berubah secepat ini. Maaf ya mungkin kalian baru mengenalku tapi aku juga harus pergi.” Kata Vina masih berusaha tersenyum. “Apa?! Kamu mau kemana? Jangan pergi Vina.. nanti siapa yang akan mengingatkan kami untuk menjaga hijab dengan lawan jenis, beribadah, tilawah..” kata Alisa dengan sedih. “Ada Allah kok.. aku pergi juga kalian pasti bisa.. ingat ada malaikat juga di kiri kananmu.. Allah selalu ada untuk kalian..” kata Vina. “Vin, kamu mau pergi kemana? Pindah perguruan tinggi ya?” tanya Lita. “Aku pergi ke suatu tempat yang cukup jauh ya doakan aku saja ya.. ini juga impianku.. jadi kalian harusnya ikut senang.” Kata Vina sambil tersenyum.
Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB dan Vina segera bergegas pulang ke rumah. “Bu.. kemarin ayah benar-benar mengirimkan ini untukku? Aku masih belum percaya.” Kata Vina. “Ia Vina anak ibu tercinta. Ayah mengirimkan ini khusus untukmu. Tapi ibu sudah tahu isinya?” tanya Vina. “Ibu belum tahu. Memangnya isinya apa?” tanya ibu. “Isinya... paspor dan surat-surat untuk meneruskan kuliah di Arab dan Mesir.. aku harus memilih salah satu kata ayah padahal aku ingin kedua-duanya.” Kata Vina. “Ibu kurang setuju apa hapalanmu sudah banyak? Ilmumu juga?” tanya ibu. “Insya Allah bu.. setiap harinya aku berusaha menghapal surat-surat di Al-Quran dan membaca buku-buku Islam, berusaha mengamalkan hadits dan Quran. Aku ingin sekali banyak ilmu supaya aku bisa mengalahkan pengaruh buruk bangsa barat dan untuk menolong Indonesia dibawah bayang-bayang yahudi, aku ingin bisa menegakkan Islam sedalam mungkin disetiap jiwa umat manusia. Setelah aku kembali ke Indonesia aku akan ke Papua!!” Kata Vina sangat bersemangat.
“Kalau sudah begini ibu tidak bisa melarangmu.. nak bagaimana kalau kamu ke Arab dulu saja yang masih 1 benua, aduh ibu pasti merindukanmu..” kata ibu penuh cemas. “Tenang saja bu.. Allah pasti melindungiku..” kata Vina dan memeluk ibu. “Ting.. nong..” bel berbunyi. Ibu dan Vina segera menuju pintu, dan “Kreekkk.....” sura pintu terbuka. “Assalamu’alaikum dari balik pintu” dan ternyata orang itu adalah “Ayaaahhhh...” Vina berlari memeluk ayah. “Ayah sudah lama tidak bertemu.. aku kangen ayah..” kata Vina. “Mas.. wa’alaikumsalam warrohmatullahi.. aku selalu menunggumu pulang.. akhirnya kamu pulang ke rumah kita tercinta.” Kata ibu dengan mimik bahagia. “Ya bu, aku pulang untuk kalian.. sebenarnya aku kesini untuk menjemput Vina karena malam ini aku akan mengantarnya ke bandara dan setelah itu aku akan tinggal lagi denganmu bu..” kata ayah. “Ayah aku sangat senang kamu pulang kembali.. kata ibu. “Sebentar bu, tapi 3 jam lagi aku akan mengantar Vina ke bandara. Ibu tunggu saja dirumah ya.” kata ayah.
“Aku harus membawa ini.. ini.. itu.. ya semua..” kata Vina sambil membereskan baju kedalam koper. “Aku sudah tidak sabar untuk sampai di Arab. Semoga menyenangkan ya kata ayah aku akan berkuliah di King Saud University. Aku harap aku bisa beadaptasi disana. Ya demi Islam.” Kata Vina sudah sangat bersemangat. Waktu sudah pukul 20.00 WIB, “Ayo Vina ayah antar kamu ke Jakarta dulu baru dari sana kamu naik pesawat langsung ke Arab Saudi.” Kata ayah. “Ia ayah aku akan segera masuk mobil. Ibu hati-hati ya, ayah jaga ibu ya.. ibu aku pasti rindu ibu..” kata Vina agak bersedih meninggalkan ibu.
“Nak jangan bersedih!! Anggap saja dirimu tidak akan hidup kecuali sehari saja, sehingga mengapa kamu harus bersedih dan marah pada hari ini? Ingat kata-kata itu ya..”kata ibu meski agak berat melepas Vina. “Assalamu’alaikum bu..” kata Vina dan ayah. “Wa’alaikumsalam warrohmatullahi.. kalian hati-hati dijalan..” kata ibu. “Bruumm..” mobil berangkat. “Vina, kamu mengapa ingin sekali ke Papua? Ibumu bercerita dan terlihat sangat kaget.” Kata ayah. “Aku ingin tahu saja bagaimana Islam disana, aku ingin berbagi tentang Islam dengan Papua.” kata Vina. “Apa kamu tidak memikirkan lingkunganmu sendiri apakah Islamnya sudah merata atau belum? Tanya ayah. “Aku sudah berusaha ayah. Aku membagi-bagikan buku tentang Islam secara gratis. Mentoring yang kukemas dalam bincang-bincang di setiap tempat, kuubah jadi lebih menarik, aku bergaul dengan teman-teman yang mungkin agak jauh dengan agama, aku berusaha ayah..” kata Vina. “Vina, manfaatkan sebaik mungkin ya kuliah di Arab nanti. Jangan lupa usahakan setiap hari menghubungi ayah dan ibu ya..” kata ayah. “Insya Allah ayah.” Kata Vina.
1 jam kemudian mereka sampai di Jakarta. “Vina, ayah sudah memilih universitas yang bagus untukmu.. rajin ya disana..” kata ayah. “Ayah, Arab dan Mesir bukannya dekat ya? Aku ingin kuliah di keduanya.” Kata Vina. “Vina kalau kamu di Arab nanti berprestasi kamu bisa dapat beasiswa kuliah juga di Mesir. Oh ia saat sampai di Arab kamu tak usah khawatir tinggal dimana karena diseberang universitasnya ada asrama.” kata ayah. “GT KM 2310 dengan tujuan Arab Saudi akan segera berangkat pada pukul 21.15 WIB dimohon kepada setiap penumpang untuk menuju ke pesawat.” Pengumuman dari petugas bandara. “Vina bawa kopermu! ayo segera masuk ke pesawat.. jangan lupa untuk memasang penutup telinga.” kata ayah. “Ya ayah.” kata Vina. Vina duduk dibangku nomor 9D dan ia masih semangat meski sudah mengantuk.
Pesawat akhirnya meniggalkan landasan.. “Yeah dadah Indonesia 4 tahun lagi bahkan 3 tahun lagi aku akan kembali lagi.. aku akan menuntut ilmu dulu di Arab.. dan berusaha berprestasi sehingga aku bisa kuliah juga di Mesir.” kata Vina. Vina menatap keluar jendela pesawat. “Indahnya lampu-lampu itu, aku pasti kangen Indonesia.. Wah gunung itu indah.. bintang menjadi kelip yang membuat siapapun yang melihat akan damai.. Ya Allah lindungi perjalananku.. semoga perjuanganku dalam mencari ilmu seperti Salman Alfarisi yang rela bepergian ke berbagai daerah hanya untuk menuntut ilmu..” kata Vina dalam hati. Vina tertidur selama 5 jam, lalu Vina bangun dan shalat tahajud di kursi pesawat. Ia membaca Al-Quran hingga subuh tiba dan ia tertidur hingga pukul 8.
“Pesawat akan tiba di Arab Saudi pada pukul 9 waktu Jeddah. Dimohon kepada setiap penumpang untuk melihat kembali barang-barangnya.” Pengumuman dari pramugari. Akhirnya pukul 9 waktu Jeddah dan Vina segera keluar dari pesawat. “Wah aku di Jeddah. Subhanallah.. Alhamdulillah.. Allahu Akbar!!” Vina sangat bersemangat. Vina segera mencari asrama tempat ia tinggal ternyata berada di Jalan Ibrahim 1C. Ia tak menyangka bahwa penjaga asrama adalah tantenya. “Tante Vela.. apa kabar? Aku Vina anaknya ibu Laisa” kata Vina. “Wah Vina sudah besar ya.. kamu kuliah di KS University?” tanya Tante Vela. “Ia tante. Asik ada tante jadi aku bisa ada teman haha..” kata Vina sambil tertawa. “Vin, kamarmu di lantai 2 nomor A4” kata Tante Vela. “Ya tante, terimakasih.” Kata Vina.
“Wah ini kamarku aku sudah tidak sabar untuk masuk.” Kata Vina. “Grek.. grek..” bunyi kunci. “Kreeeeek” pintu terbuka. “Wah kamarnya bagus, nyaman.. aku tidur sendiri atau ada teman sekamar ya..” kata Vina. “Assalamu’alaikum.. Ukhti.. An-Nisaa?” suara seorang wanita. “Wa’alaikumsalam.. ukhti” jawab Vina. “Ah suaramu, Indonesian.” Kata wanita itu. “Hai aku Dila, kamu dari Indonesia ya, aku bisa mengenali suara yang asli Arab atau Indonesia. Kamu siapa?” Kata Dila. “Ahaha ternyata... aku Vina ya aku dari Indonesia.” Kata Vina. “Akhirnya teman sekamarku orang Indonesia.” Kata Dila. “Kamu di asrama ini sudah lama ya?”tanya Vina. “Iya Vina, sebenarnya 2 tahun lagi aku lulus dan kakakku lulus 1 tahun lagi.” Kata Dila. “Oh kamu disini bersama kakakmu? Di asrama ini juga?” tanyaVina. “Kakakku ikhwan jadi asramanya beda jalan.” Kata Dila. “Oh begitu.” Gumam Vina dengan penuh heran.
Keesokkan harinya Vina dan Dila sudah mulai berkuliah. Mereka selalu bersama-sama dan menjadi sahabat sampai pada suatu hari “Vina nilaimu yang terbaik di universitas ini.” Kata dosen. Dila merasa dirinya bodoh dan selalu dibanding-bandingkan dengan Vina. “Vina aku tidak mau satu kamar lagi denganmu, hiks..” Dila berkata sambil meneteskan air mata. “Tak apa Dila. Tapi kenapa?” tanya Vina. “Vina, aku sedih terlalu banyak yang membandingkanmu denganku, aku ini bodoh tidak sepertimu yang cerdas.” Kata Dila dengan murung. “Dila afwan aku membuatmu sedih, tapi Dila kepribadianmu sangat baik, aku senang bersaudara denganmu.” kata Vina. “Braaak” pintu terbuka. “Dila ada apa denganmu, kakak mendengar kamu dihina oleh banyak orang dan itu gara-gara kamu Vina!!” kata kakak Dila sambil menunjuk kearah Vina.
“Tunggu tidak seperti itu.. ini semua salah paham.” Kata Vina. “Kak, Vina orang baik aku juga sekarang tidak mau mendengarkan omongan orang lain yang tidak baik.” kata Dila. “Benar Dila tidak apa-apa?” kata kakak Dila. “Ya kak Yusuf..” kata Dila. “Afwan jiddan..” kata Vina. “Afwan Vina.. Kak Yusuf sudah marah padamu.” kata Yusuf dengan agak malu. “Dila jaga diri baik-baik, kalau ada apa-apa bilang pada kakak.” Kata Yusuf. Lalu Yusuf pergi. “Dila semangat ya!!” kata Vina sambil melompat. Lalu malam menampakkan diri. “Vina, sepertinya kamu cocok dengan Kak Yusuf, kalian sama-sama cerdas. Hehe..” kata Dila menggoda. “Ah kamu ada-ada saja, semoga ikhwan yang akan menjadi imam untukku adalah yang terbaik menurut Allah. Sudah ayo kita tidur.” Kata Vina sambil mematikan lampu.
“Hari ini hari terakhir kita di Arab ya tak terasa sudah 2 tahun kita disini. Menyenangkan ya...” kata Dila. “Ya, eh mana kakakmu? aku mau berpamitan aku sekarang akan ke Mesir untuk meneruskan cita-citaku.” Kata Vina. “Mana ya? Aku tidak melihatnya dari tadi. Sudah berangkat saja nanti aku sampaikan padanya. Baiklah.” Kata Vina. “Assalamu’alaikum..” kata Vina. “Wa’alaikumsalam warrohmatullahi” jawab Dila. Vina sudah naik kedalam pesawat. “Hooohh.. hoohh.. mana Vina?” tanya Kak Yusuf. Ia sudah berangkat ke Mesir kak..” kata Dila. “Ah terlambat.” Kata Kak Yusuf. “Ya sudah kak mungkin bila memang jodoh kita akan bertemu lagi dengan Vina. Hahaha..” Kata Dila bergurau. “Ah dasar anak kecil. Ayo kita kembali ke Indonesia.” Kata Kak Yusuf.
“Yeah aku di Mesir... alhamdulillah di KS University aku lulus cum laude sehingga aku dapat beasiswa ini.. 2 tahun lagi aku ke Indonesia.. Indonesia aku datang..” Akhirnya Vina sampai di Kairo University. Vina mengambil jurusan tafsir Al-Quran, ia berhasil menjadi murid tercerdas lagi-lagi di Mesir juga. Vina hanya berkuliah selama 1,5 tahun. “Indonesia aku lulus dengan baik.. aku akan kembali..” kata Vina.
“Tokk.. tokk.. tokk..” Vina mengetuk pintu rumah. “Kreekkk..” pintu terbuka. “Bu, apa kabar?” kata Vina sambil tersenyum lebar. “Ah Vina ibu tidak menyangka kamu pulang secepat ini.” Kata ibu. “Ia bu, aku cum laude di KS University dan Kairo University, aku dua kali cumlaude.. alhamdulillah..” kata Vina. “Sini Vina ibu peluk, ibu bangga denganmu.” kata ibu. Lalu ayah datang dan memeluk Vina dan ibu. 1 bulan kemudian Vina dilamar oleh kak Yusuf dan mereka menikah 3 bulan kemudian di Bandung. Setelah itu mereka pergi ke Papua, Yusuf dan Vina mengunjungi umat Islam di Papua dan membuka sebuah lembaga dan pesantren Islam disana. Mereka pun dikaruniai 2 orang anak yang secerdas Vina dan setabah Yusuf. Dalam ceramah yang dibawakan Vina “Menyibukkan diri dengan mengingat masa lalu, dan meratapi kembali kegetiran-kegetiran hidup yang pernah terjadi dan telah berlalu, adalah sebuah ketololan dan kegilaan. Pepatah Cina menyebutkan: Jangan dulu menyeberangi jembatan sebelum Anda sampai di jembatan itu. Artinya, jangan bersikap apriori terhadap kejadian-kejadian yang belum tentu terjadi, sampai Anda benar-benar mengalami dan merasakannya sendiri.” Semoga Indonesia juga semakin baik dan takkan seperti dulu yang membuatku bersedih. “kata Vina menatap cermin dan menyimpan cermin itu didalam laci.
Thursday, January 27, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment