“Vira! Ayo segera rapikan bajumu!” Ibu mengomel sambil membereskan tas untuk pergi menginap. “Ia... ia... bu... ia.. aku bereskan.” Vira segera membereskan dengan cepat. “Bu memangnya kita mau pergi kemana?” tanya Vira. “Ya ke Yogyalah.. kita mau mengunjungi ayahmu dan nenek.” Jawab ibu. Akhirnya mereka pergi ke stasiun kereta. Mereka membeli tiket dengan tujuan Yogyakarta tanggal 3 Maret 2010 hari Rabu pukul 13.00 WIB dengan kereta eksekutif. Pukul 13.00 mereka naik kedalam kereta dan menempati bangku tengah dan Vira duduk di dekat jendela karena ingin melihat terowongan. Di seberang bangku mereka, tampak sepasang suami istri dengan seorang anak yang masih kecil, ibu melihat kearah mereka dengan tatapan seolah merindukan momen seperti itu. Vira bertanya,”Bu, kenapa ngeliat kesana terus sih?”. “Ibu kangen ayahmu nak, ibu kangen tatapan hangatnya ketika menggendongmu, terlihat begitu sayang padamu, ia membelaimu dengan penuh cinta.” jawab ibu dengan penuh harap. “Ibu, kita sebentar lagi ketemu ayah dan nenek kok! Ya kita akan bertemu mereka.” Jawab Vira dengan penuh semangat. Ibu menunjuk kearah luar jendela dan berkata “Vir, lihat didepan sana ada terowongan!”. “Wah ia bu! Aku udah ga sabar liat terowongan gelap hiiiii... pasti seru!” jawab Vira penuh semangat.
Sekitar 30 detik lagi mereka akan memasuki terowongan tampak pepohonan sudah mulai menjauhi kereta dan kereta melaju semakin cepat “Jes.. jes.. jejesss...”, para penumpang berpegangan pada pegangan kursi. Vira bertanya dalam hati, ”Ntah kenapa kereta ini melaju begitu cepat apakah memang kereta secepat ini atau apa?” Semua penumpang sudah mulai cemas dan bayi diseberang bangku Vira mengangis dengan keras “Oee.. oee.. ooee..” Lalu tiba-tiba petugas kereta api datang dengan seorang pemuda yang berpakaian tidak rapi, dengan jaket kulit warna coklat, kuping beranting, dan ia mengisap rokok dengan cepat. Petugas kereta api mengatakan sambil berbisik pada pemuda itu,”Duduklah kau dipojok bangku sana! Jangan berbuat keonaran! Mengerti kau?” Pemuda itu hanya diam dan segera menuju bangku pojok. “Siapa laki-laki itu? Kenapa petugas itu menyuruhnya duduk di pojok padahal pemuda itu bisa duduk sesuai tiket yang dimilikinya?” tanya Vira pada ibu. “Ibu juga tidak tahu nak. Mungkin pemuda itu pemuda yang tersesat.” Jawab ibu. “Tapi bu, seharusnya petugas itu melarang pemuda itu merokok. Ini kan kereta eksekutif.”
Kereta segera memasuki terowongan dan suasana mulai gelap. Vira merasakan sesuatu yang tidak nyaman. Vira memegang tangan ibu dengan erat. “Vira kamu kenapa? Berkeringat dingin gini.” Tanya ibu penuh cemas. “Gapapa bu, aku cuma pingin megang tangan ibu.” Jawab Vira dengan senyum. Kereta mulai memasuki terowongan dan suasana kereta mulai hening dan gelap. Dari belakang bangku terdengar suara kakek tua yang berbisik pada sebangkunya, “Terowongan ini memiliki panjang 2 kilometer, dan dibawah terowongan ini terdapat kampung rahasia tempat para pencuri tinggal dan sering membajak dan mencuri kereta yang melintasi terowongan ini.” Sebangkunya berkata,”Apa! Memangnya ga ada yang tahu ya kalau dibawah terowongan ini ada kampung pencuri?” Kakek menjawab “Ada yang tahu tapi sayangnya mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena para pencuri itu sering pergi dan tidak diketahui orang lain.” Vira yang mendengar pembicaraan kakek dan sebangkunya, Vira semakin ketakutan dan memegang lebih erat tangan ibu.
Tiba-tiba kereta itu berhenti mendadak, dan “bruuk!!” semua penumpang terdorong kedepan. Lampu kereta dinyalakan dan semua penumpang bangun dari posisinya. Vira membantu ibunya duduk kembali dikursi. Pintu gerbong terbuka, “Kreeeekkkk....” dan nampak petugas yang tadi namun kali ini dengan pakaian yang berbeda, ia memakai kaos oblong warna merah, dan celana kotak-kotak sepanjang lutut, ia juga membawa sebuah kotak sekitar berukuran 10cmx10cm. “Uhuk... uhuk... uhukkk..” Suara kakek belakang kursi Vira batuk lalu pingsan. Semua penumpang melihat kearah kakek, mereka berusaha membantu kakek itu. Semuanya semakin panik dan kereta belum jalan juga. Vira yang berada di depan bangkunya berusaha membantu kakek, Vira keluar dari bangku dan memberikan sapu tangan berkayu putih pada kakek itu. Kakek mulai sadar dan semua penumpang terlihat lega.
Semua penumpang kembali duduk di bangku masing-masing tapi kereta belum jalan juga. Petugas yang duduk di bangku belakang tiba-tiba berlari ke depan dan mengambil seorang bayi dari pangkuan ibu di seberang bangku Vira dan ia sekarang membawa pisau. Ibu bayi itu berteriak, “Kembalikan anakku! Cepat kembalikan! Cepat bodoh!” Petugas berteriak, sambil melangkah ketengah gerbong, dan mengarahkan pisau kearah bayi itu, “Diam kau! Jangan banyak omong! Semuanya cepat jongkok dibawah dan simpan semua barang-barang berharga kalian dilantai!! Cepat!! Atau bayi ini yang akan menanggung semua ini!!”. Ibu sang bayi menangis dan memohon,”Tolong tuan, saya mohon kembalikan anakku, jangan renggut nyawanya! Akan kuberikan apapun asal kau kembalikan anakku!!” “Oke! Beri aku semua yang kau miliki sekarang!!” kata petugas itu dengan membentak. Vira bergumam dalam hati,”Aku ingin semua ini berakhir, bayi itu selamat dan kereta ini berjalan kembali. Aku ingin segera sampai di Yogya dan bertemu ayah. Huuuf.. dan sekarang apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mendatangi petugas itu dan mengambil bayi? Tapi kalo aku diserang gimana? Apa aku harus nelpon ayah? Tapi kalo kedengeran aku mati. Ya Allah selamatkan kami.. aku bingung, semoga ini kejadian buruk yang terakhir untukku.”
Tiba-tiba kereta berjalan dan “Jes.. gejess.. gejesss... gejess..” Semua penumpang “Alhamdulillah..” kereta ini sudah berjalan. Petugas itu segera berlari menuju ke pintu gerbong, dan kaki Vira berada di depan bangku luar, sehingga “Brruuukkk....” petugas itu terjatuh dan pria yang duduk di pojok bangku tadi segera mengambil bayi yang berada di tangan petugas itu. Tapi kemudian kereta berhenti sejenak karena sudah sampai di stasiun Magelang. “Apa??!! Pria itu menolong bayi itu! Aku ga nyangka ternyata pria itu orang baik.”gumam Vira dalam hati. Pria misterius itu berkata,”Diam kau petugas kurang ajar! Saya utusan Kepolisian Resort Yogyakarta dengan pangkat tertinggi! (sambil mengeluarkan kartu identitas) Saya menyamar untuk memata-matai kereta yang melintas di terowongan ini bersama dengan rekan-rekan saya.” Tiba-tiba dari tengah bangku kereta terdengar suara 3 orang pria berkemeja,”Kami rekannya, kami beserta 10 orang yang lainnya disini menyamar untuk memata-mataimu karena kasus yang sudah sering terjadi dikereta ini.” Salah satu diantara mereka berkata,”Rekan berdirilah semua” Tiba-tiba berdirilah beberapa orang yang berpakaian seragam SMA, baju batik, pakaian kantor, baju koko dan lainnya. “Aku ga percaya ternyata semua penumpang dikereta ini adalah polisi kecuali aku, ibu, dan pasangan suami isteri beserta bayi diseberang bangkuku.”
Kemudian petugas itu berhasil ditangkap meski hampir meloloskan diri, akhirnya semua penumpang turun, aku dan ibu sangat lega, dan di depan pintu gerbong aku melihat ayah dan nenek sudah menunggu dan menyambut kami. Vira segera berlari menghampiri dan memeluk ayah “Ayah.... aku kangen ayah.. hiks.. hiks.. tadi aku dan ibu didalam kereta sangat tegang yah.. tadi kami hampirrr..” Ibu berkata,“Ssttt.. Vira, udah ceritanya dirumah aja, kita kan cape, masak kamu masih semangat buat cerita gitu? Hahaha.” Ibu segera mencium tangan nenek dan ayah. Setelah itu mereka segera naik mobil dan menuju ke rumah nenek, sepanjang jalan Vira bercerita tentang perjalanan mereka didalam kereta. “Semoga hal buruk ini adalah yang terakhir untukku. Hehe..” gumam Vira dalam hati sambil tersenyum dan menatap langit yang cerah.
SELESAI
Thursday, January 27, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment